perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada
Pelayanan Kebidanan Komunitas
Posted
in Askeb
5, Kebidanan by Febie Darmita on
29 December 2014 Tags: Askeb 5 kebidanan komunitas, hamil, masalah pada kebidanan komunitas, nifas, Perilaku Dan Sosial Budaya Yang Berpengaruh Pada Pelayanan
Kebidanan Komunitas, persalinan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.
Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan
meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra budaya yang bersifat memaksa
tersebut membekali anggota-anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang
layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam
anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan
pertalian dengan hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan
suatu kerangka yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan
mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan
itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Aspek social budaya ini mencakup pada setiap trimester kehamilan dan persalinan
yang mana pada zaman dahulu banyak mitos dan budaya dalam menanggapi hal ini.
Perilaku kesehatan merupakan salah satu
faktor perantara pada derajat kesehatan. Perilaku yang dimaksud adalah meliputi
semua perilaku seseorang atau masyarakat yang dapat mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat, angka kesakitan dan angka kematian. Perilaku sakit (ilness
behavior) adalah cara seseorang bereaksi terhadap gejala penyakit yang
biasanya dipengaruhi oleh pengetahuan, fasilitas, kesempatan, kebiasaan,
kepercayaan, norma, nilai, dan segala aturan (social law) dalam
masyarakat atau yang biasa disebut dengan budaya. Beberapa perilaku dan aspek
social budaya yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas diantaranya :
- Health Believe
Tradisi-tradisi yang diberlakukan secara
turun-temurun dalam pemberian makanan bayi. Contohnya di daerah Nusa Tenggara
Barat ada tradisi pemberian nasi papah atau di Jawa dengan tradisi nasi pisang.
- Life Style
Gaya hidup yang berpengaruh terhadap
kesehatan. Contohnya gaya hidup kawin cerai di lombok atau gaya hidup perokok
(yang juga termasuk bagian dari aspek sosial budaya).
- Health Seeking Behavior
Salah satu bentuk perilaku sosial budaya yang
mempercayai apabila seseorang sakit tidak perlu pelayanan kesehatan, akan
tetapi cukup dengan membeli obat di warung atau mendatangi dukun.
Beberapa perilaku dan aspek social budaya
yang mempengaruhi pelayanan kebidanan di komunitas diantaranya :
- Hamil
a.
Beberapa contoh perilaku sosial budaya masyarakat yang berkaitan dengan
kehamilan, antara lain:
- Upacara-upacara yang dilakukan untuk mengupayakan keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahirannya adalah upacara mitoni, procotan dan brokohan.
- Mengidam, dikotomi panas dingin.
- Larangan masuk hutan, karena wanita hamil menurut kepercayaan baunya harum sehingga mahluk-mahluk halus dapat mengganggunya.
- Pantangan keluar waktu maghrib dikhawatirkan kalau diganggu mahluk halus atau roh jahat.
- Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat.
- Tidak boleh duduk di depan pintu, dikhawatirkan akan susah melahirkan.
- Tidak boleh makan pisang dempet, dikhawatirkan anak yang akan dilahirkan kembar dempet atau siam.
- Jangan membelah puntung atau kayu api yang ujungnya sudah terbakar, karena anak yang dilahirkan bisa sumbing atau anggota badannya ada yang buntung.
- Jangan meletakan sisir di atas kepala, ditakutkan akan susah saat melahirkan.
- Dilarang menganyam bakul karena dapat berakibat jari-jari tangannya akan berdempet menjadi satu.
- Jangan membuat kulit ketupat pada masa hamil karena orang tua percaya bahwa daun kelapa untuk kulit ketupat harus dianyam tertutup rapat oleh wanita hamil, sehingga dikhawatirkan bayi yang lahir nanti kesindiran, tertutup jalan lahirnya.
- Tidak boleh membelah/memotong binatang, agar bayi yang lahir nanti tidak sumbing atau cacat fisik lainnya.
- Tidak boleh menutup pinggir perahu (galak haruk), memaku perahu, memaku rumah, membelah kayu api yang sudah terbakar ujungnya, memukul kepala ikan.
- Pantangan nazar karena bisa menyebabkan air liur menetes terus.
- Manggunakan jimat saat bepergian.
b.
Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama hamil, antara lain yaitu:
- KIE tentang menjaga kehamilan yaitu dengan ANC teratur, konsumsi makanan bergizi, batasi aktivitas fisik, tidak perlu pantang makan.
- KIE tentang segala sesuatu sudah diatur Tuhan Yang Maha Esa, mitos yang tidak benar ditinggalkan.
- Pendekatan kepada tokoh masyarakat untuk mengubah tradisi yang negatif atau berpengaruh buruk terhadap kehamilan.
- Bekerjasama dengan dukun setempat.
- KIE tentang tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pasca persalinan.
- KIE tentang hygiene personal dan hygiene persalinan.
Pengertian
pantangan-pantangan ini dimasudkan agar sang bayi kelak lahir dengan lancar dan
dalam keadaan sehat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terdiri dari 3
macam faktor antara lain :
a.
Faktor fisik
Faktor
fisik seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi ibu
tersebut. Status kesehatan ini dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan
kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin, atau
poliklinik kebidanan.
b.
Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi kehamilan
seperti stress yang terjadi pada ibu hamil dalam kesehatan ibu dan janinnya dan
akan berpengaruh terhadap perkembangan atau gangguan emosi pada janin yang
telah lahir nanti. Tidak hanya stress yang dapat mempengaruhi kehamilan akan
tetapi dukungan dari keluarga pun dapat menjadi pemicu menentukan kesehatan
ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan bahkan mendukungnya dalam
berbagai hal, maka ibu hamil tersebut akan merasa lebih percaya diri, lebih
bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan, dan masa nifasnya.
c.
Faktor sosial budaya dan ekonomi
Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari
segigaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Gaya hidup yang
sehat dapat dilakukan seperti menghindari asap rokok karena dapat berpengaruh
terhadap janin yang dikandungnya. Perilaku makan juga harus diperhatikan,
terutama yang berhubungan dengan adat istiadat seperti makanan yang dipantang
adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Ibu
hamil juga harus menjaga kebersihan dirinya. Ekonomi juga merupakan faktor yang
mempengaruhi proses kehamilan yang sehat terhadap ibu dan janin. Dengan adanya
ekonomi yang cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan
persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik,
maka proses kehamilan dan persalinan dapat berjalan dengan baik.
- Persalinan
Didaerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang
mempercayai dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan
dirumah. Data survey kesehatan Rumah Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65%
persalinan ditolong oleh dukun beranak. Bebrapa penelitian yang pernah
dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek praktek persalinan
oleh dukun yang membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar, dkk menunjukkan
beberapa tindakan dan praktek yang membawa resiko infeksi seperti
“ngolesi” (membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar
persalinan), “kodok” ( memasukkan tangan ke vagina dan uterus untuk
mengeluarkan placenta) atau “nyanda” ( setelah persalinan, ibu duduk dengan
posisi bersandar dan kaki diluruskan kedepan selama berjam-jam yang dapat
menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong
persalinan pada dasarnya disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal
secara dekat , biaya murah, mengerti dan dapat memabantu upacara adat yang
berkaitan dengan kelahiran anak serta membawa ibu dan bayi sampai 40 hari.
Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang
ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih namun praktek-praktek
tradisional tertentu masih dilakukan. Interaksi antara kondisi kesehatan ibu
hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan persalinan yaitu
kematian atau bertahan hidup.
a.
Berikut ini beberapa contoh perilaku sosial budaya selama persalinan yang ada
di masyarakat, antara lain:
- Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan menjaga nama baik.
- Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan.
- Memasukkan minyak ke dalam vagina supaya persalinan lancar.
- Melahirkan di tempat terpencil hanya dengan dukun.
- Minum minyak kelapa memudahkan persalinan.
- Minum air rendaman akar rumput fatimah dapat memperlancar persalinan.
- Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
- Makan duren, tape dan nanas bisa membahayakan persalinan.
- Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.
Sebenarnya,
kelancaran persalinan sangat tergantung pada faktor mental dan fisik si ibu.
Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang dengan
besar bayi. Sedangkan faktor mental berhubungan dengan kondisi psikologis ibu,
terutama kesiapannya dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja
persalinannya jadi tidak lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang
siap bisa mengurangi rasa sakit yang terjadi selama persalinan. Faktor lain
yang juga harus diperhatikan, seperti riwayat kesehatan ibu, gizi ibu selama
hamil dan lingkungan sekitar apakah mensupport atau tidak karena ada kaitannya
dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh cemas karena akan berpengaruh pada
bayinya. Bahkan, berdasarkan penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa
melahirkan anak hiperaktif, sulit konsentrasi dalam belajar, kemampuan
komunikasi yang kurang dan tidak bisa kerja sama.
b.
Peran bidan di komunitas terhadap perilaku selama persalinan
- Memberikan pendidikan pada penolong persalinan mengenai tempat persalinan, proses persalinan, perawatan selama dan pascapersalinan.
- Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat dan peralatan.
- Bekerja sama dengan penolong persalinan (dukun) dan tenaga kesehatan setempat.
- Nifas dan bayi baru lahir
a.
perilaku social budaya di masyarakat selama nifas dan bayi baru lahir :
- Pantang makan makanan yang amis ikan, telur, daging
- Tidak boleh makan terong karena bisa membuat bayi panas dingin
- Pantang makan makanan yang pedas dan asin
- Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari setelah melahirkan karena bisa sawan
- Minum jamu dapat melancarkan produksi ASI
- Menaruh ramuan pada tali pusat
- Upacara adat : brokohan, sepasaran, selapanan.
- Khitan yang dilakukan pada bayi laki-laki dan prempuan
b. Peran bidan di komunitas terhadap
perilaku masa nifas dan bayi baru lahir :
- KIE tentang perilaku positif dan negative
- Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca persalinan, bayi dan balita.
- KIE tentang masa nifas
- KIE tentang perawatan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Social Dasar. Jakarta
: PT. Rineka Cipta.
Retna Ambarwati, Eny. 2011. ASUHAN
KEBIDANAN KOMUNITAS. Yogyakarta : Nuha M
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
Tidak ada komentar:
Posting Komentar